Ulasan film Oxygen (2021) terperangkap di ruang sempit
Sutradara film Prancis Alexander Aja telah berhasil dalam karirnya sejak ia membuat film 21 tahun yang lalu. Ia memang konsisten membuat film dengan genre menegangkan seperti High Tension yang mengisahkan seorang wanita hamil dikejar oleh psikopat atau aksi hero seorang wanita melawan buaya yang terjebak dalam badai kategori 5 dalam Crawl.
Ia memang tidak selalu berhasil, The 9th life of Luis Drax menjadi salah satu filmnya yang gagal dipasaran. Jika dihitung dari pendapatan box office, Mirrors juga salah satunya.
Kini Aja kembali dengan Oxygen, sebuah film yang menegangkan karena karakter utama terjebak dalam tabung kirogenik kecil dengan suplai oksigen yang terbatas, dan menurutku ini salah satu filmnya yang kembali sukses.
Mendapatkan kembali kesadarannya tanpa mengetahui dimana ia berada Omicron 267 atau lebih gampangnya kita sebut dengan nama sebenarnya Elizabeth 'Liz' Hansen (diperankan oleh Melanie Laurent, aku tidak terlalu kenal dia sih tapi yang jelas bukan saudaranya mama Lauren) terbangun didalam sebuah pod kriogenik kecil. Kalo ngga tahu pod, itu lho tabung kaca yang ukurannya sebesar orang dewasa.
Awalnya Liz menyangka ia sedang dirawat di sebuah ruangan. Tapi setelah ia berbicara dengan MILO, sebuah kecerdasan buatan (bukan merk minuman anak yang sasetan itu lho) yang ada di mesin tersebut, ia diberi tahu kalo tidak ada yang salah dengan tubuhnya, semua normal saja.
Tentu saja Liz curiga. Kecurigaannya makin besar ketika Pod tempatnya berada tidak dapat dibuka.
Waduh, makin panik lah si Liz ini. Ia berusaha berteriak dan minta bantuan tapi kan doi ada di dalam pod, jadi tidak ada yang dengar teriakannya.
Saat itu Liz juga baru sadar kalo ia tidak tahu siapa dirinya bahkan namanya juga ia tidak tahu. Saat itu Milo memberi tahu kalo oksigen atau udara yang ada di dalam pod tersebut hanya cukup untuk 90 menit saja.
Bagaimana nasib Liz selanjutnya, siapa yang mengurung dirinya dalam tempat itu? Tonton filmnya di Netflix.
Sejujurnya Oxygen bisa menjadi membosankan karena sebagian besar film bertempat di Pod kaca itu. Disinilah kelihaian Alexander Aja terlihat, ia bisa meramu film yang bersetting di satu tempat saja menjadi menarik dan menegangkan. Jadi ingat dengan film Buried yang juga tempatnya hanya di peti mati saja.
Milo yang menjadi satu satunya alat berbagi cerita dengan Liz menjadi tidak kalah penting dibandingkan peran utama. Ia hanyalah kecerdasan buatan yang sudah diprogram. Biarpun Liz mencoba mengakali agar Pod itu terbuka tapi sayangnya gagal. Ia memang menjawab semua pertanyaan Liz tapi sayangnya tidak memberikan solusi, misalnya Liz minta bakso yang tidak bisa dikabulkan, becanda ding. Intinya AI (artificial intellegence) itu tidak bisa mengatasi masalah Liz. Kalau bisa mengatasi masalah demi masalah itu namanya pegadaian, bukan kecerdasan buatan.
Oxygen bekerja di paruh pertama dengan efektif menjadi misteri tanpa petunjuk. Elizabeth ngeri dan bingung bagaimana ia bisa terperangkap di tempat itu.
Akting Lauren patut diacungi jempol, ia bisa menjelma menjadi wanita yang kehilangan akal dalam menghadapi keadaan tersebut. Penampilan aktingnya hampir mirip dengan Ryan Reynolds di Buried dan ini yang menjadikan film hidup biarpun settingnya hanya di Pod kaca.
Secara keseluruhan film ini bagus untuk ditonton, dengan syarat anda tidak bosan karena tempatnya hanya di situ saja.
Rilis: 12 Mei 2021 Sutradara: Alexander Aja Penulis: Christie Leblanc Pemain: Mélanie Laurent , Mathieu Amalric , Malik Zidi , Cathy Cerda , Pascal Germain Distributor: Netflix
Comments
Post a Comment
Berkomentarlah yang sopan dan sesuai artikel ya, terima kasih.